Pesma Baitul Hikmah

Keputusan untuk Bangkit*

Suara detak jantungku semakin kencang tatkala melihat ekspresi temanku membukakan hasil SNMPTN milikku, ya aku memang tak berani untuk membukanya karena memang pilihan yang aku pilih termasuk banyak peminatnya ditambah lagi PTN yang aku pilih merupakan salah satu PTN favorit di Indonesia. Temanku tak berani mengatakan apapun, kala itu ia hanya menyodorkan hpnya kepadaku seketika mataku tertuju pada tulisan berwarna merah  bertuliskan “Anda tidak lulus SNMPTN silahkan mengikuti jalur sbmptn”. 

Tiba-tiba dadaku sesak menerima takdir ini, usahaku mati-matian dari kelas 1 hingga saat ini telah sia-sia. Harapan, impian, cita-cita yang kuimpikan telah sirna kala itu, dibenakku aku tidak mungkin mengikuti seleksi SBMPTN, aku sadar akan kemampuanku tapi disisi lain motivasiku untuk tetap melanjutkan pendidikan agar dapat memutus rantai kemiskinan juga memaksaku untuk tetap meneruskan kuliah.

 Di saat otak ini tak dapat diajak berfikir secara logis dan rasa putus asa mulai muncul, kakakku datang untuk mengajakku bangkit dari keterpurukan dia menyarankanku untuk ikut bimbingan pasca UN yang dibarengi pembekalan ilmu agama yakni BPUN. Di BPUN ini dari hari ke hari perubahan sikap yang terjadi pada diriku menjadi pribadi yang lebih baik mulai terlihat. Bimbingan yang dilakukan setiap paginya dan taklim-taklim keagamaan setiap malamnya membuatku semakin suka dengan progam bimbingan BPUN ini. Tambahnya pengalaman, ilmu, teman-teman baru, dan banyak hal positif lain yang membuat semakin mengerti tujuanku dimasa depan. Hingga saat itu aku berkeinginan untuk kuliah sambil mondok karena perasaan yang kualami di BPUN ingin kurasakan kembali saat dibangku kuliah nantinya.

Tak tersasa SBMPTN semakin dekat kegiatan pembelajaran pun mulai dikurangi dan lebih menekankan kepada pendekatan diri kepada sang pencipta. Disaat pelaksanaan  SBMPTN dimulai perasaan takut kembali muncul, disetiap kali aku mengerjakan soal ucapan doa tak henti-hentinya kuucapkan. Hari itu semua yang aku pelajari di bimbingan aku keluarkan semuanya otak kuperas semaksimal mungkin tapi tetap saja tak semua soal dapat kukerjakan. Sesaat setelah tes selesai aku langsung pasrah akan hasilnya nanti.

Disela-sela menunggu pengumuman hasil tes hanya doa yang dapat aku lakukan. Hari yang ditunggu-tunggupun tiba seperti biasa perasaan takut selalu muncul disaat seperti ini. Seperti biasa akupun menyuruh temanku untuk melihat hasilnya, dan lagi-lagi mataku dibuat kaget dengan adanya warna merah dilayar hpku, perasaan shock yang kualami memuncak akupun langsung menutup wajahku dengan bantal kala itu untuk menahan kekecewaan yang kedua kalinya. Temanku mencoba menghiburku “lihatlah engkau lolos masuk UNAIR tulisan merah itu hanyalah informasi tentang bidik misi”. Mendengar perkataan itu aku merasa tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh temanku tapi setelah aku melihatnya sendiri berulang kali ternyata memang benar aku lolos tes dan diterima sebagai mahasiswa pendidikan apoteker UNAIR.

Kabar gembira itupun langsung aku beritahukan kepada keluargaku ucapan selamat yang diberikan dan lemparan senyum manis yang diarahkan ibu kepadaku membuatku termotivasi untuk memberikan yang terbaik kepada ibu dan kakakku. Persiapanpun mulai aku lakukan mulai dari melengkapi berkas-berkas dan mencicil belajar materi-materi yang berhubungan dengan farmasi yang aku pelajari dari bekas buku milik kakakku.

Perkataan yang dulu pernah aku sampaikan, ingin aku lakukan sekarang kuliah sambil mondok, respon dari kakakku ternyata sangat cepat dia sudah mencari-cari informasi mengenai pondok-pondok sekitar Surabaya dan pilihan jatuh pada Pesantren Mahasiswa Baitul Hikmah. Hal yang ku inginkan untuk kuliah sambil mondok sudah terwujud sekarang hanya tinggal apa yang dapat aku lakukan untuk membanggakan keluarga, pondok, dan universitasku.

*M. Ninjar (Mahasiswa Pendidikan Apoteker 2017)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *