
Assalamualaikum warohatullohi wabarokatuh…
Ikhwani hafidzokumulloh (saudaraku yang senantiasa dijaga oleh Allah), sering kali kita terlarut dalam hiruk pikuk perkara dunia yang tiada habisnya. Bahkan kita sampai terlena dan melupakan esensi dari dunia yang selama ini kita geluti. Sebenarnya apa sih yang kita ingini di dunia ini?. mobil banyak, anak banyak, istri banyak, pekerjaan dengan gaji tinggi, jabatan, atau harta yang turah-turah?. Namun kita harus eling saudaraku, kita ini hidup di dunia hanyalah sebentar. Setelah itu kita akan dihadapkan pada alam akhirot yang lebih kekal dan hakiki.
Terlalu singkat hidup ini sebenarnya jika kita dapat merenunginya. Jika kita menggunakannya hanya untuk duia saja, lantas dimana jatah tabungan akhirot yang sebetulnya lebih patut kita penuhi ketimbang dunia?.
Rosululloh memberi wejangan kepada kita untuk menyiasati hal ini dalam sabdanya yang berarti:
Dua rakaat shalat sunnah subuh lebih baik daripada dunia dan seluruh isinya.”(HR. Muslim725).
Diriwayatkan dari imam muslim bahwa sholat dua rokaat sebelum subuh (Rok’ataal fajri) itu lebih baik daripada dunia dan isinya. Lebih dari sekedar mobil atau rumah mewah, Allah memberi jalan kepada hamba-Nya untuk menuju nikmat yang telah dijanjikan-Nya. Cukup dua rokaat saja sebelum sholat subuh kita laksanakan kita akan mendapatkan dunia seisinya bahkan lebih baik dari itu.
Sebenarnya dunia ini bukanlah sesuatu yang notok jedok berisi sesuatu yang baik. Bahkan dunia ini bukanlah apa-apa. Ibarat masuk perguruan tinggi, hidup ini bagaikan tes SNMPTN untuk mencapai keputusan kita diterima atau ditolak oleh universitas yang kita tuju.
Ada sebuah cerita, ketika itu Rosululloh berkata kepada salah satu shohabat dengan membawa bangkai kambing kecil dengan kuping cacat sebelah.
“Wahai sahabat, berkenankah kau atas kambing ini?”
Jawab sahabat “Tidak yaa Rosul, hidup pun kambing itu saya tidak berkenan, apalagi mati.”
“Seperti inilah dunia dimata Allah.” Timpal Rosululloh.
Demikianlah esensi dunia yang sejatinya dimata Allah jika kita renungkan lebih dalam. Pantaslah jika orang-orang yang mengatasnamakan zuhud sebagai ideology hidupnya. Karena sesungguhnya masih ada yang jauh lebih baik dan patut kita perjuangkan. Berusaha menjauhkan diri dari kenikmatan dunia demi mendekatkan diri kepada Allah karena mengharap kenikmatan akhirot yang hakiki karena Allah.
Dengan nafas yang masih berhembus ini alangkah lebih baik jika kita dapat merenungkan kembali hal ini, cukup dua rokaat sebelum sholat subuh kita akan mendapatkan hakikat yang lebih baik daripada dunia dan isinya. Kita mungkin jauh dari tataran zuhud seperti yang dilakoni para ulama zuhud. Namun setidaknya kita memahami dan mau berusaha untuk mendekati tataran itu. Jika kita telah memahami esensi dunia yang sesungguhnya maka dunia ada di tangan kita. Kita tidak akan pernah terpesona oleh kemilau dunia yang hanya sebatas titipan, kecukupan hiduplah yang kita dambakan. “Urip kuwi mung mampir ngombe” demikianlah yang selalu dikataka oleh ulama jawa dan lantunan pujian setiap hendak menuju sholat jamaah.
“Allohummaj’aliddunya fi aidina, wa la taj’alha fi qulubina.” Yaa Allah, jadikanlah dunia (harta, kekuasaan) berada di tanganku, dan janganlah Engkau menjadikannya ada di hatiku. Amin.
Wassalamualaikum warohatullohi wabarokatuh…
Ditulis oleh: Muhammad Hasan, dari Pengajian Ust. Muhtar Tajuddin