
PESMA NEWS – Setelah dua hari acara PMKDI berlangsung, tibalah pada hari yang paling ditunggu-tunggu oleh seluruh peserta PMKDI. Bukan karena akan berakhirnya acara ini, melainkan pada hari ketiga (18/2) PMKDI dihadiri oleh seorang ulama besar. Ialah Abina KH. Ihya’ Ulumiddin, pembina sekaligus pengasuh Pesantren Mahasiswa Baitul Hikmah.
Sebelum pengajian oleh Abina, terlebih dahulu materi PMKDI hari terakhir diisi oleh Ustadzah Masitha Achmad Syukri, M.Hum. Pada materi ini para peserta diminta untuk menuliskan alasan mengikuti PMKDI pada selembar kertas post it. Kemudian tulisan tersebut ditempel pada papan tulis secara rapi.
Selain menuliskan alasan mengikuti PMKDI, Ustadzah Masitha kemudian mengajak peserta untuk bermain. Peserta ikhwan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Kelompok Umar bin Khattab. Sedangkan peserta akhwat hanya menjadi satu kelompok.
Oleh Ustadzah Masitha peserta diberikan satu paket lego yang harus dijadikan sebuah istana. Dengan waktu maksimal 20 menit seluruh kelompok harus mampu menyelesaikan tugas dari Ustadzah Masitha. Pada game kali ini tampak para peserta bersemangat melaksanakan instruksi.
Tepat pada pukul 09.00 ulama yang ditunggu-tunggu oleh peserta yaitu K.H Ihya’ Ulumiddin rawuh di Masjid Nuruzzaman Universitas Airlangga. Setelah beristirahat sejenak, beliau kemudian memberikan tausiyah kepada peserta PMKDI.
Kali ini beliau membahas Surat Al-Baqarah ayat 247 mengenai Bani Israil yang menginginkan mejadi seorang raja. Pemuka Bani Israil berkata jika diangkat menjadi seorang raja, dirinya akan berjihad di jalan Allah. Namun Allah telah mengangkat Thalut menjadi raja bagi Bani Israil. Thalut sendiri dianugerahkan oleh Allah SWT ilmu yang luas serta badan yang kuat.
Di samping itu, beliau menjelaskan sampai hari kiamat tiba umat muslim harus berjihad fii sabilillah. Jihad bukan saja secara fisik maupun non fisik. Jihad sendiri ialah membela agama Allah. Bukan hanya lewat perang saja, tapi bisa dengan hal-hal yang lain. Ketika agama Allah diganggu maka kita sebagai muslim wajib membelanya semaksimal mungkin.
Beliau menggambarkan hal tersebut dalam permainan sepak bola. Dalam permainan sepak bola terdapat sebelas pemain yang bertanding. Sedangkan yang lainnya hanya sebagai penikmat atau penonton saja. Maka usahakanlah kita harus ikut menjadi pemainnya.
Dari ilustrasi tersebut beliau menyampaikan jika agama Allah sedang diganggu maka kita harus ikut berjuang. Jangan jadi kelompok yang hanya melihat ketika agama Allah diganggu oleh orang lain. Di akhir tausiyah beliau berpesan sebaiknya umat Islam itu memiliki wiridan Yng rutin. Baik berupa perbuatan maupun ucapan. Karena itu merupakan wasilah atau perantara untuk mencari ridho Allah. Dan berjihadlah di jalan Allah SWT.
Setelah tausyiah dari K.H. Ihya’ Ulumiddin selesai, para peserta diarahkan kembali menuju aula ikhwan lantai dua. Di sana para peserta melanjutkan kembali materi yang disampaikan oleh Ustadzah Masitha sampai pukul 17.00.
Kemudian acara dilanjutkan dengan kata motivasi oleh Ustadz Jabbir Abdillah. Beliau berpesan di era yang sudah krisis pemimpin muslim yang berkomitmen dengan ajarannya, peserta PMKDI harus siap menjadi pemimpin yang taat dan berkomitmen. Selain itu juga harus peka terhadap keadaan. Jika Islma dilecehkan maka kita wajib untuk membelanya. Perjuangan para wali harus kita lanjutkan.
Sebagai penutup acara PMKDI, dilaksanakan doa yang dipimpin oleh Ustadz Masykur Ismail. Dilanjutkan dengan bersalaman dengan pemateri dan seluruh peserta antara ikhwan dengan ikhwan dan akhwat dengan akhwat. Kemudian diakhiri dengan foto bersama. (NN)