Pesma Baitul Hikmah

Membuka Pintu Langit

Dalam menjalani kehidupan, berbagai peran telah dijalankan oleh manusia tergantung dengan peran yang ia jalani, baik peran dalam kehidupan berkeagamaan, kehidupan berorganisasi, kehidupan kehidupan sosial, kehidupan politik dan lain sebagainya. Namun, sebenarnya kesemuanya itu sebenarnya sangat berkaitan dimana ujung pangkalnya berada pada kehidupan agama seseorang dalam hal ini adalah Agama Islam, karena dalam Islam semua bidang kehidupan telah diatur.

Namun semakin lama realitas kehidupan ini semakin jauh dengan apa yang disyari’atkan dalam Islam. Sebagai contoh ketika melihat realitas politik di negeri ini, banyak pihak-pihak yang saling memperebutkan jabatan-jabatan politik tanpa memperhatikan kapasitas yang dimilikinya sebagai pemimpin, sehingga tidak heran apabila banyak terjadi penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang. Gus Mus sapaan dari KH. Mustofa Bisri mengungkapkan bahwa neraka disediakan bagi seseorang yang mengetahui kapasitasnya sebagai pemimpin namun ia menghindari dari posisi sebagai pemimpin, kedua bagi seseorang yang tetap nekat meraih dan mempertahankan jabatan sebagai pemimpin padahal ia sendiri mengetahui bahwa banyak orang-orang yang lebih berpotensi kapasitasnya untuk memimpin. Gus Mus dalam beberapa tulisannya seringkali memberikan kritikan terhadap para pemimpin-pemimpin di negeri ini yang seringkali dianggap tidak berkompeten dalam menjalankan kepemimpinannya. Banyaknya perbedaan kepentingan menimbulkan banyak terjadi konflik dikalangan pejabat-pejabat pemerintahan, kemudian yang terjadi adalah kesibukan dalam mencapai kepentingan-kepentingan tersebut dan melupakan tanggungjawab terhadap rakyatnya atau dalam istilah politik disebut sebagai konstituen yang dipimpin.

Sangat kontras apabila dibandingkan dengan masa Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam, dimana dalam rangka mendirikan Negara Islam, SDM yang dimiliki harus benar-benar dipersiapkan atau biasanya sebelum masuk Islam para sahabat telah memiliki keahlian sebagai pemimpin dan dapat dijadikan sebagai pemimpin dari kaumnya yang telah memeluk Agama Islam. Salah satu sahabat yang berasal dari Yatsrib yang sekarang mejadi Kota Madinah sebelum masuk Islam ia merupakan sudah ahli dalam persenjataan sehingga kemampuannya tersebut dapat digunakan dalam mempersiapkan peralatan-peralatan perang untuk memerangi kaum musyrikin pada saat itu. Pada masa sekarang jabatan politik bahkan diberikan pada orang-orang yang dikenal dekat dengan pemimpin dan bukan berdasarkan dari kapasitas dan kompetensinya dalam menjalankan jabatan tersebut, sehingga dalam birokrasi muncul istilah wrong man on the right place, padahal untuk menjalan pemerintahan yang efektif harus menerapkan istilah right man on the right place seperti yang pernah dilakukan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi Wassalam kepada para sahabat.

Kondisi tersebut diperparah dengan adanya peran media masa yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan opini-opini publik. Tidak sedikit media yang memberitakan tentang pejabat di pusat maupun di daerah yang melakukan tindak pidana penyalahgunaan anggaran yang dialihkan untuk kepentingan pribadi maupun sekelompok orang. Dengan maraknya pemberitaan tersebut nantinya berdampak pada krisis kepercayaan terhadap pemerintah, akan semakin memperparah kerusakan di negeri ini. Sebenarnya jika kita melihat hakikatnya sendiri, terdapat kode etik yang perlu untuk diterapkan dalam menyiarkan berita sehingga masyarakat dapat menerima dampak positif dari keberadaan media itu sendiri. Terkait penyiaran berita yang dilakukan oleh media, banyak terjadi kasus seperti pengurangan atau melebihkan konten dari peristiwa yang diberitakan, sebagai contoh terdapat perkumpulan kyai yang sebenarnya hanya bertujuan untuk silaturahim antar tokoh agama tersebut. Namun berbeda dengan apa yang diberitakan oleh media bahwa perkumpulan tersebut untuk membahas krisis yang terjadi dalam tubuh Nahdlatul Ulama. Nilai jual dari berita itulah yang kemudia menjadi prinsip yang harus dijalankan supaya menjadi keuntungan tersendiri bagi perusahaan media tersebut tanpa memperhatikan keontetikan dari sebuah berita.

Berbeda dengan yang dilakukan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam yang menjadi panutan seluruh umat manusia, beliau adalah sosok terpercaya dalam menjalankan amanah serta karena kejujuran senantiasa beliau terapkan dalam berkehidupan sosial, sehingga ia dijuluki sebagai As Shidiq  dan Al Amin. Sebagai contoh pernah suatu ketika Khadijah mendengar sosok yang bernama Muhammad  yang terkenal jujur dalam segala berbagai hal, kemudian ia pernah menitipkan barangnya kepada beliau Muhammad untuk disampaikan kepada seseorang namun hal tersebut dilakukan dengan maksud untuk menguji seberapa tingkat kejujurannya. Ternyata setelah itu, barang tersebut dapat sampai kepada tujuan secara utuh tanpa berkurang dari kadar yang dimiliki dari kadar tersebut. Terdapat banyak contoh lain yang menceritakan tentang kejujuran beliau Muhammad Shalallahu alaihi wassalam, karena memang belaiu dipilih sebagai utusan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *